Rabu, 23 Oktober 2013

My Daffodils

Masih tentang Pare dan seisinya, tak akan pernah habis untuk ku ceritakan, Pare akan selalu menjadi bagian dari cerita terindah yang pernah mewarnai hidupku. cerita yang tak akan hilang oleh massa, dan tak kan pernah terlupakan oleh waktu.
Kisah pertama ku ukir di Daffodils, lembaga kursus khusus speaking yang menjadi tujuan pertama perjalananku di Pare dan mungkin hampir sebagian besar orang yang datang ke Pare. Daffodils ada di ujung jalan dekat dengan persawahan dan jauh dari pemukiman penduduk. Namun itu bukan alasan untuk tidak mencoba “mencicipi” menu yang ditawarkan disana dan I think it’s a good choice. Sebelumnya saya sempat bingung antara british dan american style yang ditawarkan oleh lembaga kursus, namun karena saya seorang pemula di kampung inggris ini akhirnya saya menyamaratakan semuanya, hahaha. And Daffodils is my choice. Pilihan kedua saya jatuhkan kepada Mr.Bob yang terkenal dengan pendongkrak PD-nya.
Mungkin memang saya ditakdirkan untuk berjumpa dengan Mom Indah, the greatest tutor in english village, tutor terkece sepanjang masa, hehehe. Kebetulan saya nyasar di kelas speak first karena kelas speak second udah penuh, tapi saya bersyukur ada di kelas ini, banyak dari mereka yang sudah jago namun tidak menyadari kemampuannya sehingga nyasar kesini, beruntungnya saya sekelas dengan mbak Ninik, dokter lulusan netherland yang juga ingin memperdalam bahasa inggrisnya disini. Teringat pesan beliau kepada saya “Kamu harus jadi perawat yang komplit, baik skill maupun knowledge” dan pilihan saya pergi ke kampung inggris memang tidak akan pernah sia-sia meskipun pada kenyataannya saya seorang unemployment. Sehingga saya berpikir akan sangat rugi jika saya melewatkan waktu yang saya miliki hanya untuk makan-tidur di rumah tanpa melakukan apapun.
2 minggu di Daffodils, sedikit banyak mempengaruhi mindset saya dalam belajar bahasa inggris, hampir setiap hari Mom Indah memberikan cerita motivasi, saya selalu terpukau dengan cara beliau story telling di depan umum. Apalagi ketika beliau mengatakan bahwa beliau tidak pernah puas dengan kemampuan berbahasa inggrisnya saat ini, sedangkan kita semua tahu bahwa beliau pernah mewakili Indonesia di ajang internasional. Beliau selalu berpesan, untuk mencari cara dan metode belajar bahasa inggris sesuai dengan kemampuan kita, karena input terbesar berasal dari sendiri, lembaga kursus hanya menjadi fasilitator. Di kelas speak first itu yang penting ngomong, speak duluan, nggak peduli grammar, nggak peduli apapun, yang penting ngomong. You understand, I understand, Eeennnnnnndddddddd!!! Udah itu aja intinya, untuk ujian akhir kita disuruh bikin conversation yang mengandung minimal 10 idiom, untuk praktiknya bikin drama, terserah temanya. Nah disini nih benih-benih cinta bermunculan, terlebih kelompokku temanya cintaa cinta dan cintaaaa yang berjudul “Fall for the wrong types” (jatuh cinta pada orang yang salah), namun saya selalu ingat tujuan awal saya datang kesini, hanya untuk belajar, kalopun dapat jodoh itu bonus katanya, hohoho.. Finally saya harus berpisah dengan mereka, speak first class with Mom Indah, inilah akhir cerita saya di Daffodils, unforgettable memories for me :’)

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates